Elisa & Melisa Yumina Story by Me ( Indonesian ver )



Elisa & Melisa Yumina

Elisa Yumina, itulah namaku. Aku lahir di keluarga yang bisa dibilang biasa saja. Sekarang aku baru saja berumur 15 tahun. Selama 2 tahun terakhir sampai sekarang, aku belum bisa serius belajar, hanya saat sekolah saja aku belajar, karena setelah pulang sekolah tak ada waktu untukku agar bisa belajar apalagi bermain seperti remaja-remaja normal lainnnya, setelah pulang sekolah aku harus bekerja di sebuah restoran untuk memasak, di malam hari aku harus bekerja paruh waktu untuk menjadi pelayan kasir di restoran cepat saji. Meski uang yang kuhasilkan perbulannya lumayan, tidak semudah itu aku menggunakannya. Karena aku memiliki seorang kakak perempuan yang saat ini sedang mengidap kanker. Uangnya aku gunakan untuk biaya rumah sakit kakakku. Apa lagi kakakku yang sudah stadium 3 itu harus menjalani berbagai pengobatan
Tidak hanya aku yang banting tulang untuk membiayai kakakku, tapi ayah dan ibuku juga harus banting tulang. Ayahku bekerja menjadi karyawan di siang hari, malam harinya ayahku memang tidak bekerja, tapi menerima pesanan kue. Ibuku menjadi TKI diluar negeri tepatnya di Malaysia. Aku sering bertanya, “Mengapa awalnya saja yang indah, mengapa akhirnya pun tidak indah? Mengapa harus kakakku yang menderita? Mengapa tidak aku saja?” kakakku begitu baik, cantik dan pintar, tidak seharusnya dia menderita karena kanker, entah sampai kapan dia akan bertahan hidup dengan sakit yang dideritanya.
Hari ini, aku berencana untuk menjaga kakakku seharian, karena aku memang mengambil libur khusus hari ini, sudah lama aku tak pernah berlibur, rasanya semua tubuhku ini lelah sekali. Meski hari ini aku harus menjaga kakakku, minimal ada waktu sebentar untuk aku beristirahat dari pekerjaanku yang melelahkan. Pekerjaan melelahkan demi membiayai pengobatan kakakku ini.
Ku datangi rumah sakit yang ditinggali kakakku hari ini. Kulihat disekelilingku, banyak sekali yang hari ini datang ke rumah sakit ini. Aku bingung, mengapa banyak sekali hari ini. Setelah aku perhatikan dengan seksama, ternyata keracunan makanan. Kasihan sekali mereka, berniat untuk makan dan mengenyangkan perut tapi malah keracunan. Ku biarkan saja mereka, karena setidaknya hari ini aku harus menjaga kakakku.
“hai kak” sapaku dengan senyuman, “hai, apa itu yang ada ditanganmu? Apakah itu untukku?” Tanya kakakku. “tentu saja kak, ini hadiah untukmu. Maaf sudah lama aku tak menjagamu, tapi hari ini aku akan menjagamu terus sampai pagi”. Kulihat raut wajahnya yang begitu gembira. Aku membelikan sebuah mp3 untuknya, agar dia tak bosan sendirian. Aku juga membelikan majalah dan buah untuknya. Aku senang melihat kakakku tersenyum, sudah lama sekali rasanya aku tak bertemu dengannya. Aku sibuk mencari uang, jika sudah kudapatkan aku langsung membayarkannya tapi tidak bertemu dengan kakakku ini. Hanya sempat untuk menanyakan keadaan kakakku ini kepada perawat.
Tak kusangka, ternyata ayahku berniat untuk menjenguknya hari ini. Meski ayahku malamnya tidak bekerja, ayah juga tidak pergi kerumah sakit. Ayah menjaga rumah dan menerima pesanan kue untuk di bawanya besok. Kakakku begitu senang hari ini, tapi di wajahnya masih ada wajah sedih, saat kutanya mengapa, dia menjawab “aku rindu ibu, kemana dia?  Mengapa tidak pernah menjenguk anaknya ini?”. Seketika suasana dalam kamar ini menjadi sedih, aku juga tak tau keadaan ibu disana, hanya ayahlah yang tau. Kami beruntung, karena ternyata ibu akan mendapat libur bulan depan dan dapat menjenguk dan menjaga anaknya yang sedang sakit.
            Jujur saja, aku tak pernah diberitahu bagaimana keadaannya setelah kemoterapi tahun lalu. Dokter hanya mengatakan, beruntung sekali kakakku ini bisa bertahan sampai 1 tahun lebih ini. Jarang sekali, ada seorang pengidap kanker yang stadiumnya belum naik selama lebih dari setahun. Tapi apapun, penyakit kanker yang diderita oleh kakakku ini sudah stadium 3B. ada kemungkinan akan naik ke stadium 4, bahkan ada yang bilang bisa naik ke stadium 5 dan itu berarti kakakku akan terus-terusan cuci darah. Sungguh sangat malang nasibnya. Dokter berkata, tadi pagi sudah ia periksa dan akan keluar hasilnya nanti malam. Aku pasti tak akan sanggup melihat hasilnya.
            Benar apa yang kukatakan, aku tak sanggup melihat hasilnya. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa stadiumnya bisa naik ke stadium 4? Mengapa harus begini? Apa kakakku harus di kemoterapi lagi??? Apa jangan-jangan karena kemoterapi waktu itu tidak tepat? Dokter pernah mengatakan kalau kemoterapi tidak seutuhnya membunuh sel kanker, hanya sel yang sedang membelah saja, jika sel itu tidak aktif maka tidak akan ada perubahan. Apa karena saat dikemoterapi sel-selnya banyak yang tidak aktif maka kemoterapi itu tidak terlalu berguna? Ya mau bagaimana lagi, apapun harus mengikuti apa yang sudah direncanakan oleh dokter. Rencananya kakakku akan di radioterapi bulan depan. Bulan depan jika keadaan kakak masih baik bulan ini, jika tidak maka radioterapi bisa dipercepat, dan ditambah operasi.
            Aku mendengar banyak hal, ada yang mengatakan meski sudah stadium 3B atau 4 masih ada kemungkinan untuk sembuh, tapi mengapa kakakku malah lebih menuju ke stadium akhir. Apa begini cara Tuhan memberikan kematian kepada makhluk hidup yang ia ciptakan? Dipikiranku hanya ada kakakku, entah mengapa malam ini dia selalu berkata “aku rindu dengan ibu, aku ingin bertemu dengannya meski itu untuk yang terakhir kalinya” mengapa? Apakah ia sudah tau kalau ajal akan menjemputnya tidak lama lagi? Tidak bisakah dia bertahan lebih lama lagi? Tidak bisakah dia bertahan sampai aku mendapat ijazah SMA ku? Apa dia sudah terlalu lelah dengan penyakit yang dideritanya? Aku tak ingin melihat kakakku malam ini sedih. Aku tau dia rindu, tapi bisakah dia tidak mengatakan “untuk yang terakhir kalinya” itu.
            Disini, aku sendirian menjaga kakakku, ayah telah pulang sejak sore tadi. Sedari tadi aku menatap wajah kakakku yang tertidur dengan lelap. Ingin sekali rasanya kami berkumpul bersama. Ayah, ibu, aku, dan kakakku berkumpul seperti dulu, bercanda, tertawa, sedih, senang, dalam keadaan apapun kami selalu bersama. Kembali menjadi keluarga yang utuh dan kompak adalah impianku saat ini. Tapi apa boleh buat Tuhan berkehendak lain, apa yang Ia inginkan pasti akan terjadi. Aku tak tau harus bagaimana, aku sudah terlalu lelah untuk menjaga kakakku ini, mungkin aku harus tidur sejenak, untuk menghilangkan sedikit rasa lelahku.
           
            Terbangun aku, tak sadar aku sudah tertidur terlalu lama. Satu hal yang ada dipikiranku saat ini adalah, dimana kakakku berada? Aku mencarinya keluar, tapi tidak ada. Aku menanyakan kepada perawat, ternyata dia sedang di kemoterapi lagi. Tunggu dulu, kemoterapi? Bukan kah yang dianjurkan adalah radioterapi, mengapa kemoterapi lagi? Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi saat aku tinggal tidur? Aku menanyakan hal ini ke sana sini, jawabannya hanya 1. Dokter mempertimbangkan atas segala hal, kakakku sudah mencapai stadium 4, jika dibiarkan maka akan naik lagi menjadi stadium 4B. dokter tak memberikanku persetujuan karena kakakku yang meminta agar aku tak dibangunkan. Untung saja waktu kemoterapi itu tidak terlalu lama, yang aku dengar kemoterapi sudah dilakukan dari 2 jam yang lalu, sedangkan waktu kemoterapi 3-4 jam, itu berarti beberapa saat lagi akan selesai.
            Tiga jam sudah ia diterapi. Begitu dia keluar langsung saja aku mendatanginya dan memberikan banyak pertanyaan padanya. Tapi sebelum ia menjawab semua pertanyaan, tiba-tiba dokter memanggilku dan ingin berbicara sebentar. Aku sudah memiliki perasaan tidak enak, ada apa sebenarnya? Sampai dokter memanggilku tanpa mengajak kakakku. “ada apa dok?” tanyaku lirih. Sejenak dokter itu menatap mataku dengan sendu dan berkata “apa kamu suka membaca novel best seller?” aku mengangguk kebingungan. “kalau suka, disalah 1 novel terbaik saat itu, kejadiannya telah menimpa kakakmu sekarang”. Novel yang kubaca rata-rata adalah novel best seller yang menyedihkan. Apa jangan-jangan…. “dok, apa maksudmu kakakku tertimpa kanker langka itu? Bukankah sebelumnya dia hanya mendapatkan kanker otak saja? Mengapa bisa ada kanker jenis itu ditubuhnya!” aku sudah seperti memaki kepada dokter itu, aku tak mengerti betul mengapa ada kesalahan seperti ini. “maafkan kami, kami rasa ada kesalahan penelitian, yang kami periksa, sebelumnya memang adanya kanker otak itu benar tapi itu masih stadium 2. Yang sudah stadium 3B dan sekarang stadium 4 adalah kanker jaringan lunak yang ada ditubuh kakakmu. Saya rasa penilitiannya sudah benar, hanya dokter penjaganya yang lupa membicarakan kanker apa yang diderita oleh kakakmu”.
            Setelah ini apa lagi? Setelah 2 kanker yang di derita kakakku, apa lagi yang akan terjadinya padanya? Sungguh aku tak tega. Bulan ini ibuku janji akan pulang dan menjenguk kakak. Perasaan yang aku rasakan ada senang dan sedih, aku senang karena ibuku pulang, tapi aku sedih karena kakakku harus menjalani hidupnya seperti ini. Selama sebulan setelah pengecekkan adanya kanker jaringan lunak itu, kakakku sudah menjalani kemoterapi setiap 4 hari sekali, sudah menjalani 1x radioterapi (terapi yang menggunakan radiasi/radio aktif). Aku menatap wajah kakakku yang kelihatannya sudah berubah, rambutnya semua rontok karena kemoterapi. Sedih melihatnya, umurnya baru saja 19 tahun tapi wajahnya seperti sudah semakin menua. Ditambah lagi, hari ini ia terus menerus menangis.
            “ibu datang!” raut wajah yang gembira tiba-tiba hadir dari wajah kakakku. Ibu datang dan membawakan beberapa hadiah untuk kakakku. Mulai dari baju, dan barang kesukaan kakakku yaitu bola kaca. Senang sekali hari ini bisa melihat keluargaku berkumpul. Meski dalam suasana yang tidak begitu baik karena kondisi kakak, tapi keutuhan dan kebersamaan keluarga adalah yang terbaik. Setelah sekian lama tidak berkumpul, akhirnya hari ini bisa berkumpul. Aku kira ibu akan datang nanti pertengahan bulan, ayah juga tidak cerita. Ternyata ayah berniat memberikan kejutan kepada kami. Ibu berkata padaku kalau ia tak akan bekerja lagi diluar negeri dan akan bekerja di Indonesia, sebagai perawat dirumah sakit ini, jadi ibu bisa merawat kakak setiap hari. Senang rasanya bisa melihat kakakku tersenyum seperti ini, tidak menangis seperti sebelumnya.
            Akhir-akhir ini aku selalu mendapatkan waktu luang dalam pekerjaanku, itu berarti aku bisa menjaga kakakku. Meskipun ibuku menjadi perawat belum tentu ibuku hanya merawat kakakku, ibuku tetap merawat pasien yang lain. Entah mengapa akhir-akhir ini juga kakakku terus merasakan sakit di berbagai bagian tubuhnya. Meski selalu mengeluh kesakitan tapi saat ibu, ayah, dan aku ada bersamanya ia selalu berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya dengan cara tersenyum di depan kami. Kakak selalu berkata, “aku akan selalu tersenyum jika melihat kita semua berkumpul sebagai keluarga yang utuh. Itulah namanya keluarga. Tak peduli apa yang terjadi jika sudah berkumpul tidak boleh ada terlihat sedih. Karena kita akan bersama-sama”. Seumur hidupku aku akan selalu ingat perkataan kakakku itu. Dia tau bagaimana membuat keluarga ini tersenyum meski dalam keadaan sedih.

            Tiga bulan sudah keluarga kami utuh. Masih ingat saat itu kakakku selalu mengeluh kesakitan. Sejak saat itu, dua bulan selanjutnya, kakakku sudah di vonis mengidap kanker stadium akhir. Satu bulan ini kakakku sudah berjuang mati-matian melawan kanker yang dideritanya, melawan stadium akhir yang dideritanya. Dia sudah terlihat begitu lemah dan begitu lelah. Bahkan kemarin ia sudah mengatakan “Lisa! Kakak sudah lelah atas semua ini, kakak ingin istirahat dengan tenang”. Apa yang dia maksudkan??? Apa dia benar-benar lelah, hingga sudah berpikir sejauh itu. Tuhan jika memang yang terbaik bagi kakak adalah “istirahat” maka istirahatkanlah dengan tenang, dan berikanlah ia senyum yang manis sebelum ia beristirahat.
            “Lis, kamu tau kenapa kok namamu Elisa bukan Elisabet?” tiba-tiba kakakku menanyai hal seperti itu. Aku menggelengkan kepala “sebelumnya, nama aslimu bukanlah Elisa Yumina, tapi Elisabet Yumina. Berhubung kakak kurang setuju, kakak meminta persetujuan agar namamu hanya Elisa Yumina. Meskipun namamu sedikit berbeda dari sebelumnya, tapi kakak berharap nama Elisa ini akan membawamu menjadi apa yang kamu inginkan ya! Kakak rasa mulai besok kamu bisa belajar dengan tenang dan tidak harus bekerja untuk membiayai pengobatan kakak lagi”. Apa yang ia maksud sebenarnya? Mengapa ia berkata seperti itu. “kakak kenapa?” “Lis, kakak sudah terlalu lelah untuk berdiri, bisa kakak minta tolong ke kamu untuk ambilkan minum? Kakak rasa minumannya sudah habis”. “baiklah kak, tunggu sebentar akan kuambilkan di luar”. Aku benar-benar bingung apa yang dia katakana tadi, mengapa dia mengatakan bagiakan dia sudah sangat lelah dan tak ingin bangun. Sudahlah, sebaiknya aku pergi dan segera mengambil minum untuk kakak.
            Ada apa dikamar kakakku? Kenapa tiba-tiba ramai? Sepertinya baru saja 10 menit yang lalu aku keluar dan berpapasan dengan ayahku kenapa kamarnya begitu banyak perawat?. Aku masuk perlahan dengan wajah bingung, kulihat ayah dan ibuku menangis disitu. Ada apa sebenarnya. Kudekati terus ayah dan ibu, dan apa yang ku lihat??? Kakakku menutup matanya bagaikan tak ingin bangun dari tidurnya. Ku goyangkan badan kakakku yang terbaring itu. Kulihat wajahnya dia menutup matanya dengan wajah yang tersenyum, entah apa yang ia pikirkan sebelum ia tidur.. tidur untuk selamanya. “sudahlah, biarkan ia tidur dengan tenang, jika kau ganggu terus dia pasti akan marah. Dia menitipkan surat ini dan bola kaca ini padaku” kata seorang perawat.

Untuk adikku tercinta, Elisa Yumina.
            Kakak membuatkan surat ini untukmu, semoga kamu mengingatku terus ya.
Kakak sudah terlalu lama dirumah sakit ini, kakak juga sudah terlalu membuat susah kamu, ayah dan ibu. Kakak yakin, tidak lama lagi kakak akan bisa pergi, dan beristirahat dengan tenang. Kalian semua juga bisa beristirahat dari aktifitas yang melelahkan demi membiayai pengobatanku.
Elisa, kamu masih ingat sama mainan yang kita beli bersama-sama dulu? Bola kaca pertama kita? Kamu kira ayah telah membuangnya kan? Sebenarnya tidak, kakak mengambilnya lagi ditempat sampah dan membawanya ke rumah sakit ini. Kakak tau penyakit ini sulit untuk disembuhkan, begitu terdeteksi, kakak membawa dan menitipkannya pada perawat jika terjadi pada kakak. Mungkin saat kamu tau surat ini kakak sudah beristirahat dengan tenang, dan bisa melihatmu tumbuh, bahagia seperti yang lainnya. Meski kakak sudah tidur sekarang, kakak harap kamu selalu ingat sama apa yang kakak katakana selama ini ya! Do’akan kakak agar kakak bisa tidur dan mimpi dengan indah, memimpikan kita, berkumpul menjadi keluarga yang utuh!
Jangan pernah lupakan kakak ya ;)

Kakakmu yang tercinta, Melisa Yumina

            Seketika saat aku membaca surat dari kakak, air mataku mengalir dengan derasnya. Aku tak habis pikir, Tuhan memberikan perjalanan yang menyedihkan ini kepada kakakku. Ayah dan ibu menarikku untuk menjauh dari tempat tidurnya. Aku tak bisa bertindak selain diam, menangisi kepergian kakak terncitaku ini. Dia tidak hanya sebagai kakak, dia sudah bagaikan teman bahkan ibu. Dia begitu baik hati, cantik dan pintar. Tapi, apa boleh buat Tuhan sudah menggariskan semua hal didunia ini, tak ada yang bisa mengganti garisan itu kecuali kehendak Tuhan sendiri.
            Ku tangisi kepergian kakakku saat itu. Melihat ketempat peristirahatan terakhirnya. Aku berharap dia akan hidup dengan tenang dan bahagia disana. Tapi, itu sudah 2 tahun yang lalu. Sekarang aku sudah cukup dewasa, umurku sudah 17 tahun, bahkan aku sudah dipercayai oleh orang tua untuk memiliki dan mengelola restoran sendiri setelah pulang sekolah. Tentu saja, aku kan sudah SMA, aku sudah besar, aku sudah bisa menghadapi semuanya. Ayahku juga sekarang lebih banyak waktu bersamaku. Ibu apalagi, ia begitu senang memiliki butik sendiri. Memang sejak saat kepergian kakakku, semua bagaikan membaik. Ekonomi keluarga juga menjadi jauh lebih baik. Tidak akan pernah kulupakan sosok kakakku itu. Restoran dan butik itu, semuanya diberi nama Melisa Yumina. Itu agar, keluarga kami tak pernah melupakan kepergian seorang anak yang cantik, baik hati dan pintar dari Bapak Rudiantoro, ibu Anita Yumina, dan kakak dari Elisa Yumina.


Nama: Laksmi Ayu Permatasari

No comments:

Post a Comment